Senin, 26 Januari 2009

Pesona Nya Pantai Purus Padang


Pantai Purus merupakan kawasan wisata bahari yang sangat eksotis yang berada di Kota Padang.
Keindahannya sangat menarik para wisatawan lokal maupun mancanegara. Pantai puru merupakan pantai yang bersih dan indah, sehingga banyak dari pengunjung pergi ke sana untuk melepaskan lelah setelah beraktifitas seharian. Semua itu tak lepas dari ke ramahan pedagang dan juga sarana penunjang yang ada di sana. Di pantai purus ada tempat untuk para pemancing untuk melepaskan hobinya, juga ada tempat main bola voli dan juga tempat main bola. Ayoo... Nikmati keindahan pantai Purus Padang.

Welcome to Purus Beach

Jumat, 23 Januari 2009

Pelantikan SSC Fakultas Pertanian Universitas Andalas




Pelantikan Pengurus SSC Fakultas Pertanian Universitas Andalas Tahun 2009-2010. Acara pelantikan ini dilaksanakan di plasa HPT FPUA pada tanggal 23 Januari 2009 jam 15.00 dengan Direktur SCC yang baru M. Fiky Hidayat (TP 05) merupakan angkatan ke 5. Pengurus SSC yang baru ini dilantik oleh PD III FPUA Bpk. Dr. Nazres Akhir MS. SSC ini merupakan suatu lembaga sosial satu-satunya di Universitas Andalas yang sangat berguna bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas pertanian dalam hal bantuan finansial dan juga santunan kematian dan kecelakaan.

Rabu, 21 Januari 2009

Dakwah yuuk.....!!!!!

Sobat, lebih dari 14 abad silam, Rasulullah Muhammad SAW, diutus di tengah masyarakat kufur Quraisy untuk ngajak mereka menyembah Rabb yang satu yaitu Allah SWT. Soal ini, pasti kamu-kamu udah pada tahu. Gimana kondisi masyarakat Quraisy saat itu? Parah. Bener-bener parah. Mereka ga cuma suka berjudi, tapi juga suka menipu, berperang, membunuh anak perempuan, memperjualbelikan budak, minum-minuman keras, berzina, nyembah berhala, percaya ama mistik dan klenik, serta segudang kemaksiatan yang bikin orang pada geleng-geleng kepala. Tapi bukan ajeb-ajeb lho.
Sobat, lebih dari 14 abad pula, risalah Islam udah nyebar di seantero jagat raya. Risalah yang sempurna abis ini, juga udah nyampe di negeri ini. Saking klopnya risalah Islam ama penduduk negeri ini, hampir 87% penduduk Indonesia memeluk Islam. Seneng kan. Memang bener, dari segi jumlah, negeri ini punya penduduk muslim terbesar di dunia. Tapi masalahnya, hebat atau tidaknya pribadi muslim, ga dilihat dari jumlahnya. Sobat, ada kisah yang cukup berkesan, dan kayaknya kamu juga perlu tahu deh. Saat perang Yarmuk, kaum muslimin lagi berhadapan dengan pasukan Romawi. Kalo sekarang sih, sebut aja Italia. Seorang tentara muslim terpukau ama jumlah tentara Romawi yang sangat besar. Dia lalu berkata, “Tentara Arab (Islam) terlalu kecil, dan pasukan Romawi sungguh sangat banyak. Betapa besar pasukan Romawi dan betapa kecilnya tentara Islam.” Mendengar ucapan tersebut, Khalid bin Walid yang notabene jadi Panglima kaum Muslimin, balik berkata, “Engkau seharusnya berkata, betapa besar pasukan Muslim dan betapa kecil pasukan Romawi, karena kebesaran sebuah pasukan ditentukan oleh kemenangannya, dan kekerdilan sebuah pasukan disebabkan karena kekalahannya.” Nah sobat, begitulah ucapan seorang muslim. Ucapannya udah nunjukin pribadinya. Keren abis deh pokoknya.
Now, back to the topic. Dihubungin ama ucapan Khalid bin Walid tadi, udah sepantasnya kita introspeksi diri. Usia risalah Islam, yang sudah bisa dibilang matang, sebagai Dien yang mampu jadi solusi semua problem kehidupan, ternyata ga sematang umatnya dalam menjadikannya way of life. Kekerdilan umat Islam saat ini dihadapan bangsa-bangsa non-muslim, ga sebanding ama jumlah umat Islam yang meluber seantero dunia. Sebut aja kunjungan George W. Bush yang 20 Nopember kemaren nyamperin SBY di Jakarta. Udah ngehabisin dana lebih dari 6 miliyar rupiah. Belum lagi ama pengamanan ekstra ketat di Bogor yang ngebikin kota itu lumpuh ekonominya. Padahal masih banyak tuh penduduk di negeri ini yang butuh uluran tangan pemerintah. Sebel ga sih.
Apa sih yang hilang?
Sobat, risalah Islam udah lengkap, orang-orang yang memeluk Islam juga banyaknya ga ketulungan. Trus sebenarnya apa sih yang hilang dari Islam dan kaum Muslimin? Gimana sih cara kita supaya bisa nyaingin mereka atau kalo bisa melebihi mereka?
Nah, kita analisa satu-satu deh. Pertanyaan pertama, sebenarnya ga ada yang hilang dari Islam. Kita kan udah ngerti kalo risalah Islam udah sempurna. Perfect! Ga ada kurangnya. Yang ga ada sekarang adalah pemahaman yang bener tentang Islam di benak kaum muslimin. Sobat ngerti kan, kalo dulu Rasulullah diutus untuk mbenerin pemahaman masyarakat Quraisy yang salah kaprah tentang tuhan, plus ngasih Islam sebagai solusi kehidupan. Nah, risalah Islam tadi ga cuma berlaku buat orang-orang Quraisy aja, termasuk kita juga lho. Trus gimana metode Rasulullah untuk memperbaiki kondisi saat itu? Ya dengan dakwah. Yup, menyeru umatnya untuk tunduk pada Islam dan aturannya.
Ga jauh beda dengan kondisi saat ini. Sobat kita yang memeluk Islam tapi masih seneng dugem dan pacaran, ga ada salahnya kalo diingatkan. Alias didakwahi. Karena yang salah dari mereka bukanlah Islam yang mereka anut, tapi pemahaman tentang pergaulan yang miss communication. Nah, ngingatin orang itu hukumnya wajib lho. Dosa kalo ga kita lakukan. Apalagi kita malah ikut-ikutan bermaksiat ria. Aduh-aduh capeknya (baca pake suara Shinchan).
Tapi perlu diketahui juga, kalo ngingatkan tuh ada cara dan tahapannya. Pertama, kamu yang mau konsis untuk ikut jalan Rasul alias dakwah kudu belajar Islam. Gimana? Ya dengan ngaji. Kalo di Islamuda namanya KIRAB alias Kajian Intensif Remaja Berkualitas. Kedua, apa yang kamu dapetin di pengajian, kudu kamu pahami dan amalkan. Ga boleh hanya dipendem di pikiran aja, jadi larva nyamuk lho. Yang ketiga, dakwahkan apa yang kamu pahami dan dapatkan ke teman-temanmu, juga keluarga. Ingatkan mereka dengan cara yang ikhsan alias baik. Ga perlu ampe ngotot segala. Yang penting risalah Islam tersampaikan dan dia ngerti apa yang kita berikan. Gitchu….
Pertanyaan kedua, kita ga ketinggalan kok dari orang-orang non-Islam. Risalah Islam yang sempurna justru jauh lebih berkualitas dibanding hukum-hukum mereka. Omongan soal demokrasi, HAM, liberalisasi dan lain-lain, hanya gincu semata. Ga ada istimewanya. Justru Islam punya risalah yang ngatur masalah ideologi, ekonomi, pendidikan, pemerintahan, pidana, sumber daya alam, politik, dan budaya yang jauh lebih sempurna daripada milik orang-orang diluar Islam. Kok bisa? Ya iyalah, wong yang bikin risalah adalah Allah SWT Rabb semesta alam. Justru kalo kita pake risalah Islam sebagai sumber hukum dan aturan, kita malah bisa melejit jauh di atas mereka. Tinggal kita sekarang mau apa ga untuk belajar Islam lebih giat supaya mampu jadi intelektual muslim yang sejati. Oke deh.
Dakwah? Pasti!
Sobat, ada teman yang pernah berkata, “Sebuah ide itu mahal harganya, tapi bila ide itu tidak diwujudkan, ide itu akan menjadi barang yang murah bahkan ga berharga.” Demikian juga dengan dakwah. Kita yakin kan, kalo Islam itu risalah yang amat agung. So, dakwahkan dong ke teman-teman kamu. Biar kita semua bisa ngerti, mahami dan ngamalkan Islam secara utuh. Ga cuma sebagian aja.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Kalian harus memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran, atau (jika hal itu tidak dilakukan) Allah akan menimpakan atas kalian siksaan sebagaimana yang telah Dia timpakan atas orang-orang sebelum kalian, kemudian kalian berdoa kepada-Nya (supaya azab itu sirna), akan tetapi doa kalian tidak dikabulkan.” (Al-Hadits). Nah, sudah saatnya kita berkiprah di jalan dakwah. Melanjutkan kehidupan Islam di dunia ini. Rawe-rawe rantas malang-malang putung. Allahu Akbar!!
Anda bisa, jika Anda berpikir bisa, selama akal mengatakan bisa. Batasan apakah sesuatu masuk akal atau tidak, kita lihat saja orang lain, jika orang lain telah melakukannya atau telah mencapai impiannya, maka impian tersebut adalah masuk akal.
Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan ke tengah-tengah manusia untuk menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah
QS Ali Imran 110 (defri)

Belajar dari Pemimpin Besar

Sultan Muhammad (886 H), pernah berpesan, "Janganlah kamu berfoya-foya dan menghambur-hamburkan uang negara, atau mempergunakan lebih dari sewajarnya. Sebab semua itu pangkal utama kehancuran Dalam Kitab As-Sulthan Muhammad Al-Fatih disebutkan bahwa sebelum wafatnya pemimpin agung Islam, Sultan Muhammad (886 H/1481 M), yang berjuluk Al-Fatih (pembuka, penakluk), ia berwasiat kepada penggantinya:

''Wahai penggantiku, tak lama lagi aku akan menghadap Allah. Namun aku sama sekali tidak khawatir, karena aku meninggalkan pengganti seperti kamu. Jadilah engkau seorang pemimpin yang adil, saleh, dan penebar kasih sayang. Rentangkan perlindunganmu terhadap seluruh rakyat, tanpa membeda-bedakan. Giatlah untuk menyebarkan Islam, mengingat menyebarkan Islam adalah kewajiban raja-raja di bumi. Kedepankan kepetingan agama atas kepentingan apa pun selainnya.

Jangan pernah lemah dan lalai dalam menegakkan agama. Jangan pernah mengangkat orang-orang yang tidak mempedulikan agama sebagai pembantu-pembantumu. Juga, jangan pula mengangkat orang-orang yang bergelimang dosa dan maksiat sebagai menteri-menterimu. Hindari bid'ah-bid'ah yang merusak.

Pertahankan negeri melalui jalan jihad. Jagalah harta di Baitul Mal, jangan dihambur-hamburkan. Jangan sekali-kali mengambil harta rakyatmu kecuali sesuai dengan aturan Islam. Himpunlah orang-orang yang lemah dan fakir. Berikan penghormatanmu kepada orang-orang yang berhak.'
'

Lalu, di ujung usianya, pahlawan legendaris itu berpesan:

''Pelajaran ini dariku. Aku datang ke negeri ini laksana semut kecil. Tapi Allah karuniakan nikmat kepadaku yang sedemikian besar. Berjalanlah seperti yang aku lakukan. Janganlah kamu berfoya-foya dan menghambur-hamburkan uang negara, atau kamu pergunakan lebih dari sewajarnya. Sebab semua itu merupakan penyebab utama kehancuran.''

Siapa yang tak kenal Muhammad bin Murad II, sultan yang memegang tahta kerajaan Utsmani pada usia 20 tahun dan menumbangkan negara superpower Byzantium pada usia 25 tahun. Bersama penguasa-penguasa legendaris lainnya seperti Umar bin Abdul Aziz dan Harun Al-Rasyid, Al-Fatih menorehkan teladan dalam kepemimpinan dunia yang bisa menjadi panduan bagi generasi sesudahnya. Termasuk bagi generasi pemerintahan kita sekarang ini.

Pelajaran untuk Pemimpin

Berpijak pada wasiat Sultan Muhammad Al-Fatih di atas, maka seorang pemimpin atau penguasa seharusnya berusaha menjalankan sejumlah hal mulia berikut ini:

1. Saleh secara ritual dan sosial

Sejak kecil Al-Fatih hidup dalam bimbingan Islam yang kental. Digambarkan dalam sejarah, betapa dalam suasana perang sekalipun nuansa kedalaman pemahaman syariat Al-Fatih sangat menonjol.

Dalam penaklukan Konstantin misalnya, ia mengkondisikan pasukannya untuk mengisi malam-malam mereka dengan tahajud dan membaca Al-Quran. Sampai-sampai digambarkan, suara tilawah seluruh pasukannya seperti gemuruh jutaan lebah yang menggetarkan musuh-musuh Allah.

Sekalipun berasal dari keluarga raja, Al-Fatih juga terkenal sangat sederhana dan merakyat. Begitu merakyatnya, ia wafat setelah diracun oleh orang biasa-biasa saja.

2. Menegakkan Keadilan

Keadilan adalah misi universal yang karenanya Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus para Rasul untuk menegakkannya. Keadilan adalah milik semua kalangan. Ia tak boleh terhijabi oleh perbedaan ras, agama, status sosial, perasaan, dan apapun yang bisa menghalangi keadilan tegak di muka bumi.

Keadilan Islam telah sejak lama ditulis tinta emas sejarah peradaban manusia, baik ketika perang maupun dalam kondisi damai. Abu Bakar Ash-Shiddiq sebelum mengirim pasukan untuk berperang melawan pasukan Romawi, pesan yang disampaikan kepada pasukannya adalah, ''Jangan berkhianat. Jangan berlebih-lebihan. Jangan ingkar janji. Jangan mencincang mayat. Jangan membunuh anak kecil, orang tua renta, wanita. Jangan membakar pohon, menebang atau menyembelih kambing kecuali untuk dimakan. Jangan mengusik orang-orang Kristen yang sedang beribadah. Berangkatlah dengan bismillah.''

3. Melindungi dan mengayomi seluruh rakyat tanpa membeda-bedakan

Ketika seseorang terpilih menjadi pemimpin mulai dari level terendah hingga tertinggi, dalam Islam, ia tak lagi menjadi pemimpin bagi sebagian kalangan yang mencalonkan atau memilihnya. Tapi ia menjadi pemimpin bagi seluruh konstituen. Oleh karena itu, atribut-atribut partisan seperti ketua partai, ketua ormas, atau apapun bentuknya, harus ditanggalkan.

Inilah yang dilakukan Sultan Muhammad Al-Fatih yang sangat penuh perhatian kepada rakyatnya, baik dari kalangan Muslim atau non-Muslim. Dikisahkan, penduduk pulau Khabus yang masuk dalam wilayah Khilafah Utsmaniyah memiliki hutang seribu Duqa kepada Fransisco de Rapeyur, seorang hartawan non-Muslim di negeri Galata.

Saat Fransisco tak mampu menagih hutangnya, ia melaporkannya kepada Sultan. Atas dasar laporan ini, Al-Fatih mengirimkan pasukannya. Tapi mereka menolak membayar hutang dan malah melawan prajurit Sultan. Ketika itu Sultan berkata kepada Fransisco, ''Akulah yang akan menanggung semua hutang mereka terhadapmu. Dan aku juga akan menuntut tebusan berlipat terhadap mereka atas darah tentaraku yang meninggal.''

4. Giat menebar nilai-nilai Islam ke dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara

Sebagai seorang pemimpin, kewajibannya adalah seperti yang difirmankan Allah:

''Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang dapat memberikan kebahagiaan.'' (QS Ali Imran: 104)

Seyogyanya, nilai-nilai Islam tersebut tidak hanya sekadar slogan atau seremonial semata, tapi benar-benar dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari sang pemimpin, keluarga, staf-stafnya, dan juga dalam kebijakan yang menyentuh hajat hidup orang banyak. Tentu penyebaran nilai-nilai Islam ini harus dilakukan secara bertahap dan tepat sasaran. Artinya, tidak terburu-buru dan juga tidak hanya menonjolkan kulit saja.

Mungkin di antara konsep paling mudah dan tepat adalah prinsip yang dipopulerkan KH. Abdullah Gymnastiar: mulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil, dan mulai dari sekarang secara dawam.

5. Mengedepankan kepentingan dan pertimbangan moralitas

Kebijakan pihak berwenang saat ini sangat amburadul. Apapun akan digusur bila kepentingan ekonomi-bisnis yang berbicara. Judi menjadi legal, hanya dengan dalih menambah devisa untuk pembangunan. Prostitusi dilindungi demi memenuhi tuntutan para pelaku maksiat. Minuman keras terus dibiarkan berproduksi untuk menambah pajak.

Belum lagi berbicara korupsi, kolusi, pencurian uang rakyat dengan berbagai dalih. Moralitas inilah yang harus dikedepankan pihak-pihak yang berwenang, jika ia ingin sukses memimpin negeri.

6. Tidak menunjuk pejabat dari kalangan orang-orang yang tak taat agama dan bergelimang dosa

Uji kepatutan dan kelayakan yang sering kita dengar saat menyeleksi pejabat baru, seyogyanya menyentuh pula aspek ketaatan terhadap keyakinan dan agama serta track record-nya dalam berbuat dosa dan maksiat.

Maraknya kasus korupsi di puluhan DPRD dan lembaga-lembaga terhormat lainnya, mencerminkan lemahnya aspek uji kepatutan dan kelayakan yang hanya menyangkut aspek otak saja. Belum lagi ratusan kasus para pejabat yang tertangkap basah tengah pesta narkoba. Ditambah lagi para pejabat yang gemar ''jajan'' dan berselingkuh, yang ditenggarai sudah menjadi salah satu tren hidup para petinggi negeri ini.

7. Mempertahankan negeri dengan gelora jihad

Semangat jihad sudah hilang dan goyah oleh pragmatisme sesaat. Penyakit ini bukan hanya mengiris mental masyarakat umum, tapi juga menyayat elemen pertahanan. KSAD berkali-kali mensinyalir, lebih dari 60 ribu intelejen asing bergentayangan di negeri ini. Tapi kita saksikan, mereka yang berseragam justru sibuk berbisnis mengeksploitasi sumber daya alam dan melupakan tugas pokoknya. Kapolri juga sampai memprihatinkan kinerja jajaran kepolisian yang dipimpinnya.

8. Membelanjakan uang negara secara proporsional dan tidak merampas hak rakyat

Perilaku boros, manja, foya-foya, dan kehidupan jet set yang dipertontonkan para pejabat, birokrat, dan para pemimpin negeri ini sudah menjadi pemandangan umum. Mereka gelontorkan uang pajak untuk keperluan konsumtif yang sejatinya tidak perlu dilakukan. Hal ini nampak jelas dari mobil mewah yang digunakan, rumah megah yang ditinggali, hingga berbagai fasilitas yang rakyat kebanyakan mustahil mencicipinya. Ironisnya, semua kebobrokan ini dilakukan saat rakyat kecil diperas dan diperintahkan untuk mengeratkan ikat pinggang.

9. Lebih berpihak kepada orang-orang lemah dan rakyat jelata

Keberpihakan ini sangat dirindukan oleh mayoritas anak bangsa. Lima kali sudah Indonesia berganti penguasa, tapi kehidupan rakyat tak kunjung beranjak baik. Malah, rakyat semakin diperbudak, dinistakan, harga diri mereka diinjak-injak, harta mereka digusur, hak-hak mereka dirampas, hingga tak ada kenikmatan yang dapat dirasakan. Semua akibat kebijakan penguasa yang tidak berpihak kepada rakyat kecil.

Kita merindukan pemimpin yang tidak acuh lagi saat ratusan ribu TKI diusir, ratusan orang dianiyaya. Kita tak ingin pemimpin menangkapi para aktivis Islam, tapi malah membiarkan begitu saja para pencoleng, perampok, dan koruptor ulung negeri ini kabur ke luar negeri.

Bila semua problem ini dapat diselesaikan dengan baik, niscaya sang pemimpin akan dikenang bukan hanya dalam sejarah tapi ditulis tinta emas dalam hati seluruh rakyat.

Biografi Ku

Namaku Defri Rahman, aku dilahirkan pada tanggal 29 November 1988 di Purus Padang. Abak bernama Syahril dan amak bernama Ramadhan. Aku merupakan anak yang ke 7 dari tujuh bersaudara.
Aku menyelesaikan pendidikan :
SD Negeri 25 Purus Tengah,
SMP Negeri 7 Padang,
SMA Ekasakti Padang
Pengalaman Organisasiku :
a.Tahun 2005 Ketua Remaja Islam Masjid Nurul Anhar
b.Tahun 2006 Koordinator agama di Osis SMA Ekasakti
c.Tahun 2007 Seksi Kerohanian di Pemuda Purus Baru IP3B, Bidang syiar di DPP Assalam SB
d.Tahun 2008 Bidang Kaderisasi di Forstudi, Komting Angkatan 2007 mahasiswa Jurusan Sosek FPUA
Peristiwa yang sangat berkesan bagiku
Dimulai pada tahun 2003, abak ku merupakan seorang tukang ambil sampah di kelurahan ujung gurun. Pada tahun 1998, merupakan zaman krisis di indonesia, banyak terjadi demo dimana-mana. ketika orang sibuk dengan demo, abak melihat ada sebidang tanah dipinggir bandar bekali yang tidakl terurus/ terbengkalai. lalu abak mengambil inisiatif untuk memanfaatkannya. tanah tersebut ditanami sayur-sayuran, cabe, batang pisang, kelapa dll. Pada tahun 2002, abak berinisiatif untuk membuat warung di tanah tersebut. Maka berdirilah warung nasi disana, sambil juga bercocok tanam.
Pada tanggal 13 Agustus 2003, terjadi kebakaran pada jam 19.30 Wib ketika abak sedang sholat isya. Kebakaran tersebut meludeskan warung beserta isinya ditaksir kerugiannya sebesar 10 jutaan. Pada tanggal 23 Agustus ada sekelompok warga dibawah pimpinan beberapa orang ( juslaini, syaf karibo, dll), menghancurkan seluruh tanaman yang tersisa dan kami sekeluarga dilarang untuk tidak berjualan disana. Maka ketika itu dibuat suatu keputusan tidak ada satupun yang menempati tempat tersebut oleh pihak kepolisian. Setelah peristiwa tersebut abak jatuh sakit beliau dirawat dirumah sakit Dr. M. jamil Padang, diagnosa dokter abak terkena penyakit kuning. Selama satu bulan abak dirawat disana. Ketika itu pas bulan ramadhan, seminggu menjelang lebaran abak minta pulang ke rumah katanya sudah mendingan. Seminggu setelah lebaran abak kembali sakit dan kembali masuk ke rumah sakit, tetapi abak tidak mau di rawat di rumah sakit jati. Maka abak dirawat di RS. Aisyiyah Padang, cuma seminggu disana. Karena tidak ada biaya maka dengan terpaksa abak kembali dirawat di RS. M. DJamil Padang. Cuma seminggu disana, tepat pada tanggal 2 februari jam 12.00 abak di panggil kehadapan illahi. Ketika itu pas bertepatan dengan hari raya Idul Adha, semua daging korban yang di dapat pas I'dul Adha dimasak oleh bu karneti yang berada dibelakang rumah.
Akupun berpikir kenapa peristiwa padaku selalu bertubi-tubi datang pada keluarga ku. Menurut rumor, abak di kerjai oleh dukun yang di suruh oleh beberapa orang. Tapi, aku tidak percaya dengan hal tersebut, mungkin semua ini adalah ujian yang diberikajn oleh Allah. Setelah abak meninggal aku melanjutkan pekerjaan abak sebagai petugas sampah di kel. Ujung gurun.
Pada saat aku kelas 1 SMA aku tinggal di masjid sebagai garin ( yang bersih-bersih Masjid). Cuma 2 tahun aku jadi garin.
Bersambung.............................